- Lakukan pewarnaan Gram, kultur dan tes sensitivitas sebelum memulai terapi antibiotik
- Terapi empirik harus berdasarkan data epidemiologi setempat.
- Terapi definit harus berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas patogen penyebab. Pada kondisi dimana kultur tidak dapat dilakukan/tidak berhasil, terapi dilakukan berdasarkan patogen penyebab yang paling mungkin menurut data statistik dan epidemiologi.
- Pemilihan agen, dosis, cara pemberian dan durasi terapi antibiotik ditentukan oleh hal-hal berikut:
- Aktivitas spektrum antibiotik tersebut terhadap patogen penyebab
- Farmakokinetik obat
- Faktor pejamu, seperti usia, kehamilan, fungsi ginjal dan hepar
- Efek samping yang mungkin timbul pada pejamu atau fetus
- Terapi antimikroba yang dipilih harusnya yang paling efektif dan sespesifik mungkin untuk melawan patogen penyebab, yang paling tidak toksik, dan paling tidak mahal. Lebih disukai penggunaan antibiotik spektrum sempit.
- Kombinasi antibiotik diindikasikan pada keadaan sebagai berikut:
- Efek sinergistik, seperti pada kasus Endokarditis Bakterialis
- Mencegah resistensi, seperti pada kasus TB
- Memberi cakupan untuk beberapa patogen pada kasus infeksi campur
- Memberi cakupan spektrum luas secara empiris pada pasien dengan infeksi yang berpotensial fatal sambil menunggu data bakteriologi
- Drainase secara bedah wajib dilakukan untuk mengatasi abses, dengan beberapa pengecualian.
- Terapi parenteral berdosis tinggi dan lama, penting pada penatalaksanaan Endokarditis Bakterialis, osteomielitis dan infeksi jaringan yang hampir mati (devitalized tissue).
- Terkadang perlu untuk menghilangkan material asing untuk menyembuhkan infeksi seperti pada katup jantung prostetik atau implan sendi.
Minggu, 16 Januari 2011
Prinsip Umum Penggunaan Antibiotik
Kata Pengantar - PPRA-IPD
Tim Program Pengendalian Resistensi Antimikroba - Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (PPRA-IPD RSCM) adalah tim yang merupakan bagian dari tim PPRA RSCM yang berada di bawah naungan Komite Medik RSCM.
Tugas Tim PPRA-IPD RSCM adalah mengawasi penggunaan antibiotik secara rasional dalam Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, yaitu dengan:
- memberi umpan-balik atas pola resistensi di ruang IGD atau ruang rawat agar menjadi pertimbangan kebijakan antibiotik,
- menyusun pedoman penggunaan antibiotik,
- melakukan sosialisasi pedoman penggunaan antibiotik melalui siang klinik, blog, dan buku pedoman,
- melakukan implementasi dan auditing,
- melakukan evaluasi dan surveilans.
Tim PPRA-IPD RSCM terdiri dari:
- dr. Khie Chen, SpPD-KPTI (Ketua tim PPRA-IPD RSCM)
- dr. Telly Kamelia, SpPD (Wakil Ketua tim PPRA-IPD RSCM)
- dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD (Sekretaris tim PPRA-IPD RSCM)
- dr. Kuntjoro Harimurti, SpPD
- dr. Evy Yunihastuti, SpPD
- dr. Muhadi, SpPD
- dr. Dyah Purnamasari, SpPD
- dr. Pringgodigdo, SpPD
- dr. Achmad Fauzi, SpPD
- dr. Andri, SpPD
Langganan:
Postingan (Atom)